Guru Mansur Ulama Falak Tanah Betawi Yang Masyhur Dengan 19 Kitab
Oleh: Agam Pamungkas Lubah
Pernah dengar nama Guru Mansur? Yah mungkin sebagian generasi milinea kurang populer dengan nama tokoh ulama dari tanah Betawi satu ini.
Bisa jadi dikarenakan kurangnya penulis sejarah mengangkat profil ulama yang sudah menelurkan sembilan belas kitab sebagai kontribusinya dalam perkembangan dunia dakwa Islam tanah air.
Tenggelam dengan sederet nama-nama populer semisal: Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Ahmad Khatib, Sumatera Barat, Sayid Usman bin Abdullah bin Aqilbin Yahya Al-Alawi, Hamzah Fansuri, Shamsuddin al-Sumaterani, Nuruddin ar-Raniri, Abdul Rau’f al-Sinkili, Syekh Yusuf al-Makassari, Syekh Abdul Muhyi,Pamijahan, dll..
Tapi tahukah kita di samping nama-nama ulama besar tanah air di atas ada satu nama tokoh ulama Betawi yang hampir terlupakan namanya? Dialah Guru Mansur, Ulama Falak dari Tanah Betawi. Yuk kita gaskeun…
Semasa hidupnya, Guru Mansur telah menulis 19 (sembilan belas) kitab berbahasa Arab yang sebagian besar isinya tentang ilmu falak, puasa, waris, dan nahwu.
Nama lengkap Guru Mansur adalah Muhammad Mansur bin Abdul Hamid bin Damiri bin Abdul Muhid. Ia dilahirkan di Kampung Sawah Jembatan Lima, Jakarta pada tahun 1878 M dan wafat pada hari Jumat sore, 2 Shafar tahun 1387 H, bertepatan dengan tanggal 12 Mei 1967. Ia dimakamkan di halaman depan Masjid Al-Mansur.
Terlahir dari pasangan Al-Imam KH Abdul Hamid bin Damiri dan Hj Rofi`ah binti H Margan. Ia belajar ilmu agama pertama kali kepada ayahnya, KH Abdul Hamid. Setelah ayahnya meninggal, ia menimbah ilmu kepada kakak kandungnya, KH Mahbub bin Abdul Hamid, lalu kepada kakak misannya, KH Thabrani bin Abdul Mughni, dan juga kepada Syekh Mujtaba Mester (Guru Taba).
Semasa mudanya, guru Mansur sudah sangat tertarik sekali dengan ilmu falak. Setelah menginjak usia remaja, tepatnya pada usia 16 tahun di tahun 1894 M, ia bersama ibunya pergi ke Makkah, Arab Saudi, untuk menunaikan ibadah haji.
Ia bermukim di Makkah selama empat tahun. Selama bermukim di Makkah, ia berguru kepada sejumlah ulama besar seperti, Guru Muchtar, Guru Mujidin, Syekh Muhammad Hajath, Sayid Muhammad Hamid, Syekh Sa`id Jamami, Umar Al-Hadramy, Syekh Umar Sumbawa, Syekh Ali Al-Mukri, Syekh Mukhtar Atharid Al-Buguri, Syekh Umar Bajunaid Al-Hadrami, Syekh Ali Al-Maliki, Syekh Said Al-Yamani, dan Syekh Mujtaba Mester yang kebetulan saat itu sedang berada di Makkah.
Sedangkan khusus untuk ilmu falak, beliau belajar kepada Syekh Abdurrahman Al-Mashri. Dari guru-gurunya itu, Guru Mansur banyak mendalami ilmu qiraβatul Quran, tajwid, nahwu, sharaf, tauhid, fiqih, ushul fiqih, tafsir, hadits, faraid, mantiq, bayan, falak, dan lain-lain.
Setelah empat tahun di Mekkah, Guru Mansur kembali ke tanah air lalu membuka majelis taklim dengan ilmu falak sebagai pelajaran utama. Murid-muridnya yang kemudian menjadi ulama terkemuka di Betawi adalah KH Abdullah Syafi`i (As-Syafi`iyyah) dan Mu`allim KH Abdul Rasyid Ramli (Ar-Rasyidiyyah). Kini yang meneruskan keahlian falaknya adalah KH Fatahillah Ahmadi yang merupakan salah seorang buyutnya.
Sedangkan buyutnya yang lain kini dikenal oleh masyarakat sebagai dai kondang adalah, Ustadz Yusuf Mansur, Darul Quran. Guru Masur lalu kemudian membuka Madrasah Jamiat Kheir, Pekojan, Jakarta Barat.
Ia juga mendirikan pesantren dan pengajian kaum ibu. Selain itu, ia membuat beberapa majelis daras atau halaqah di Kenari dan Cikini. Murid-muridnya terutama berasal dari berbagai tempat di Jakarta dan di luar Jakarta, seperti Bekasi.
Semasa hidupnya, Guru Mansur telah menulis 19 (sembilan belas) kitab berbahasa Arab sebagian besar tentang ilmu falak, juga puasa, waris, dan nahwu.
Sembilan belas kitab tersebut adalah:a. Sullam An-Nayrain b. Khulashoh Al-Jadawilc. Kaifiyah Al-Amal Ijtima d. Mizan Al-`Itidal e. Washilah At-Thulab f. Jadwal Dawair Al-Falakiyah g. Majmu` Arba` Rasail fi Mas`alah Hilal h. Rub`u Al-Mujayyab i. Mukhtashar Ijtima` An-Nairain j. Tadzkirotun Nafi`ah fi Shihah `Amal Ash-Shaum wa Al- Fithr k. Taudih Al-Adillah fi Shihah Ash-Shaum wa Al-Fithr l. Jadwal Faraid m. Al-Lu`lu Al-Mankhum fi Khulashoh Mabahits Sittah `Ulum n. Irobul Jurumiyah An-Nafi` Lil Mubtadi o. Silsilah As-Sanad fi Ad-Din wa Ittisholuha Sayyid Al-Musalin p. Tashrif Al-Abwab q. Limatan Bina r. Jadwal Kiblah s. Jadwal aw Khut Ash-Sholah Tathbiq Amal Al-Ijitma` wa Al-Khusuf wa al Kusuf.
Murid-murid Guru Mansur dari Betawi antara lain adalah Mu`allim Rojiun Pekojan, KH Firdaus (mendalami ilmu falak darinya dan kemudian diangkat menjadi mantu), Syekh KH Muhadjirin Amsar Ad-Dary (ahli falak dari Bekasi), Mu`allim Rasyid (KH Abdul Rasyid, Tugu Selatan, Jakarta Utara), Muallim KH M. Syafi`i Hadzami, dan KH. Abdul Khoir (Krendang, Jakarta Barat).
Salah seorang cucunya, KH Ahmadi Muhammad, menyusun kalender hisab Al-Manshuriyah di mana susunan tersebut bersumber dari hasil pemikiran Guru Mansur Jembatan Lima. Kini, kalender hisab Al-Manshuriyah masih tetap eksis dan digunakan baik oleh murid-muridnya maupun oleh sebagian masyarakat Betawi maupun umat Islam lainnya di sekitar Jabotabek, Pandegelang, Tasikmalaya, bahkan sampai ke Malaysia.
Kitab karangan Guru Mansur yang terkenal sampai sekarang ini adalah, Sullam An-Nayrain. Kitab ini merupakan kitab ilmu falak yang menjadi rujukan dan dipelajari di sebagian pesantren di Tanah Air, bahkan sampai di negara tetangga…***
(*dikutib dari berbagai sumber) Wallahu a’lam bishawabSemoga manfaat.
#historiatangsel#roemahboemipamoelang#agampamungkaslubah
Opini Anda