Sebab Tidak Menerima Hidayah Allah
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera
Hidayah sepenuhnya milik Allah adalah upaya mengembalikan perkara kepada Allah. Bukan sekedar kesimpulan, namun juga kenyataan. Secara syariah setiap hamba mengikuti petunjukNya, namun kenyataannya ada yang disesatkan Allah. Maka kondisi terbaik adalah mengikuti petunjuk Allah.
Ada banyak faktor penyebab orang tidak mengikuti petunjuk Allah sebagai jalan penuh kemuliaan dan kebaikan. Meski pun Allah telah menunjukkan tanda-tandaNya bahkan secara jelas dan tegas melalui pedoman berupa agama yang diridloiNya, dalam kuasa Allah ada saja yang mengambil jalan berbeda bahkan menyelisihinya. Berikut beberapa penyebab yang dapat penulis angkat dari kesesatan atau tidak menerimanya seseorang terhadap hidayah Allah
Pertama, tidak mau belajar dan mengamalkan. Ungkapan dasarnya adalah kemauan; mau atau tidak! Sebagaimana yang disabdakan bahwa yang tidak masuk surga adalah mereka yang tidak menghendakinya.
Termasuk perkara jalan atau langkah menuju ke sana. Jalan taqwa yang sebenarnya melalui ilmu yang dipancarkan Allah bak cahaya untuk menempuhnya, ada saja yang menyalahi dengan tidak menuju atau berusaha ke sana, baik mempelajari terutama mengamalkannya.
Mengikuti hawa nafsu. Sebagai musuh terbesar untuk senantiasa diperangi, hawa nafsu secara tersembunyi akan menyesatkan siapa saja yang mengikutinya. Terkait hal ini Allah menghimbau untuk tidak mengikuti para pengikut hawa nafsu dengan tidak mengikuti mereka melainkan mengikuti mereka yang menyeru Allah di pagi dan petang karena menginginkan Allah.
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keredaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas” (Qur’an Surat al-Kahfi: 28).
Mengikuti hasrat duniawi yang penuh tipuan dan kejahatan. Dunia adalah sarang fitnah dan menjadi kebebasan bagi mereka dalam melakukan perniagaan khas keduniaan dengan menjadikannya sebagai keinginan terbesarnya yang sesungguhnya menipu sebab sebagai kenikmatan sementara namun tempat kembalinya adalah Jahannam sebagai tempat kembali di akhirat kelak. Terkait hal ini, juga telah dihimbau oleh Allah dalam ayat berikut terjemah Indonesianya sekaligus penutup ulasan artikel pada kesempatan kali ini.
“Jangan sekali-kali kamu terperdaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri” (Qur’an Surat Aali Imraan: 196).
Opini Anda