πππππππ dinasti (bukan dinasti politik), akan menemukan momentum yang sesungguhnya pada 2029. Ya, sekal lagi 2029, Bagi masyarakat kebanyakan, boleh jadi asumsi ini terkesan ngawur, atau sekurang-kurannya dinilai terburu-buru. Tapi, kalaulah kita mencermati berganing posisi yang ada saat ini, putera puteri mantan presiden sudah mulai menggelar karpet warna warbi menuju istana.
Bukankah sebelum Ganjar, PUAN MAHARANI sudah lebih dahulu melakukan sosialisasi?, hanya karena masih kalah jauh populeritas dari Ganjar Pranowo, obsesi Puan Maharani untuk bertarung pada Pilpres 2024 tertunda. Namun, bagaimana pun situasinya ke depan PDIP belum bisa melepaskan diri dari trah Soekarno. Dan, sudah tentu penetapan Capres PDIP ada di tangan Puan, mengingat kharisma Mega akan turun secara alami termakan usia.
AHY apalagi, kita semua sudah tahu ceritanya, belakangan mereka menempel ke Prabowo, dengan harapan masuk dalam kabinet untuk menyiapkan diri. Sebagai ketua umum Partai Demokrat, sosok AHY pada 2029 menemukan atmosfir politiknya. Harus diakui AHY adalah satu-satunya anak mantan presiden yang memegang pucuk pimpinan parpol yang dewan pembinanya adalah ayahnya sendiri.
YENI WAHID ?, saat ini mungkin saja namanya terkesan sayup-sayup dalam kancah politik terkini, tapi nama puteri mendiang Gusdur ini nyaris selalu muncul dalam ruang publik jelang perhelatan politik nasional. Kelemahan Yeni Wahid dibanding beberapa anak mantan presiden lainnya karena tidak mengendalikan partai politik. Mungkinkah kehadirannya dalam Koalisi Indonesia Maju, bertujuan untuk mulai merawat kemesraan dengan partai Gerindra ?, entahlah, dan jika itu terjadi rasa-rasanya tidak ada yang salah, toh dalam dunia politik praktis, dinamika adalah sebuah keniscayaan. Akan halnya Gibran yang bisa secara tiba-tiba tampil sebagai ketua umum PSI.
GIBRAN RAKABUMING, saya kira tidak perlu lagi penjelasan, posisioning, sepak terjang, dan manuvernya sudah terbuka terang benderang. Dan boleh jadi salah satu komitmennya dengan Prabowo sebelum keduanya resmi berpasangan adalah Prabowo cukup satu periode, kode kuat untuk Gibran 2029.
Bagaimana membendung mereka yang saat ini kita asumsikan sebagai politik dinasti ?. Sekurang-kurangnya ada dua pola pendekatan yang bisa dilakukan, pendekatan hukum dan politik.Sederhananya, adalah menggugat persyaratan Capres dan membangun pressure politik arus bawah. Targetnya adalah menggugat PKPU terkait poin presiden tresthold, yg mensyaratkan 20 persen perolehan kursi di senayan. Dengan demikian terbuka ruang parpol kecil untuk mengusung calon, sekaligus berotensi hadirnya calon independen.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah memberi penguatan pada parpol kecil (baca parpol baru) untuk mengimbangi parpol yang sudah mapan. Bukankah dengan perimbangan kekuatan di senayan bisa membatasi ruang gerak sejumlah parpol yang dikendalikan oleh anak kandung mantan presiden. Begitulah yang bisa kita cermati dinamika politik terkini dan memberi implikasi kuat pada Pilpres 5 tahun ke depan.
Ingat, bagi seorang Jokowi, Megawati, dan SBY, Pilpres 2024 ini hanya pemanasan saja, pertarungan sesungguhnya adalah Pilpres 2029.**
Penulis adalah pegiat media sosial.Β
Opini Anda