Oleh : Simson Rizal Towengke
Kota Poso merupakan Ibu kota Kabupaten kedua tertua setelah Donggala, tak bisa dipungkiri sejarah mencatat kabupaten ini pernah menjadi Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah walaupun hanya sepekan. dilihat dari letak geografis berada tepat di tengah jatung Propinsi Sulawesi Tengah dengan luas wilayah 24.197 km² dan berpenduduk sebanyak 132.032 jiwa (2000).
Diusia ke 124 Tahun tepatnya 01 Maret 2019, terpaut dengan usia cukup matang pasti terbayangkan mulai dari wajah potret kota, pemerintahan, pertumbuhan ekonomi, pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana memadai, belum bisa dijawab karna fakta tidak beda jauh dengan Kabupaten yang baru saja dimekarkan satu periode diukur dari Jabatan seorang Kepala Daerah.
Bercerita panjang lebar peradaban pra sejarah dan sejarah Tana Poso, mungkin akan menghasilkan buku setebal kitab suci jika mengurai sampai tuntas dengan sejarah, budaya dan adat istiadat di Kabupaten yang kini sudah digilir 17 orang kepala Daerah (Bupati) menjabat untuk memimpin Kabupaten terluas kedua di Sulteng.
Kembali ke usia senja 124 Tahun, tentunya Kabupaten ini kaya dengan ragam budaya dan istiadat dari berbagai etnis masyarakat yang mendiami wilayah pesisir dan pengunungan di Tana Poso. Lebih menarik ditinjau dari alur peradaban sampai sekarang kota tua ini belum memiliki ciri khas atau nama sebagai suatu Identitas kota tertua di Provinsi ini.
Bercermin dengan daerah atau kota lain yang beridentitas seperti Aceh dengan julukan serambi mekah, Jogja kota Pendidikan, Bagansiapiapi dikenal sebagai Kota Ikan, Batam Kota Industri dan masih banyak lagi kota dengan julukannya.
Bertautan dengan hal ini terkait dengan sejumlah komentar dari media sosial (facebook) yang menyebutkan kota Poso tanpa Identitas dilihat dari tahun berdirinya 1895 sudah matang, benarkah ?, tentunya pernyataan ini menjadikan bahan diskusi redaksi POSOline untuk untuk memantapkan posisi Kota Poso paling tidak sudah berancang-ancang untuk menetapkan julukan sebagai kota yang punya identitas
Ada banyak opsi terminologi yang bisa memaknai pemberian nama jika dilihat dari berbagai aspek, ini tentu saja tidak serta-merta menamai julukan kota ini, perlus adanya diskusi mendalam untuk mencari jati diri Kota Poso, tak cukup dengan mengali sejarah dan bobot pariwisata dan kebudayaan.
Ada banyak literatur, kajian yang perlu mendapat respon balik dari masyarakat untuk mengaktulisasikan jati diri kota Poso sama seperti Nyiur Melambai julukan Kota Manado, ini yang kita tidak punya sampai sekarang.
Dilihat dari sektor potensi Pariwisata yang ada dengan beberapa destinasi sebagai pilihan spesifik bagi para turis lokal maupun manca Negara, Kabupaten Poso menjadi salah-satu pilihan tujuan wisata. Namun dari potensi yang ada daerah tujuan wisata lebih banyak promosi hanya mengadalkan objek-objek wisata alam dari pada kebudayaan masyarakat setempat.
Ini berarti bobot untuk mengandalkan wisata kebudayaan sangat minim dibandingkan dengan wisata yang saat ini dinas terkait lebih mengfokuskan objek wisata alam seperti air terjun saloupa dan siuri dan beberapa objek wisata buatan lainnya.
Sedangkan kebudayaan, hanya bertujuan untuk melestarikan keaslian budaya, bahkan katanya program ini akan mengrevitalisasi seni tradisi dengan melakukan dialog budaya, work shop ini menjadi pijakan point untuk mencari keaslian budaya lokal.
Mirisnya lagi teryata penduduk asli yang mendiami Kabupaten Poso secara menyeluruh kita tidak banyak menulis hanya mendengar secara lisan secara turun temurun, sebagai indicator di perpustakaan daerah Kabupaten Poso, dari daftar pustaka hanya tiga jenis buku mengenai Tana Poso soal sejarah, kebudayaan, adat istiadat dan DPRD 1952-1999,
Kembali kepada pokok pembahasan diatas untuk mencari jadi diri, kembali saya mengajak untuk mengingat kembali di era 70-90 an, Kabupaten Poso menjadi salah-satu kabupaten penghasil kayu hitam atau ebony terbesar di Sulawesi Tengah, pasti masih segar dalam ingtan bahwa kota poso pernah dikenal dengan Kota Ebony.
Paradigma ini bias menjadi acuan untuk mengposisikan identitas kota tentunya masyarakat sangat mengharapkan peran serta pemerintah Kabupaten duduk bersama mencari dan menetapkan kota Poso yang beridentitas.
Tapi jangan lupa saat ini ada gerakan menanam 1 juta Pohon ebony yang diprakasai oleh Dinas Lingkungan Hidup menjadi program prioritas oleh BKSDA Propinsi Selawesi Tengah di tahun 2017 lalu.
Opini Anda