POSO – Wakil Bupati Morowali Utara H. Djira, S.Pd, M.Pd meminta semua pihak agar tidak membawa-bawa isu agama dan keyakinan dalam pilkada yang sedang berlangsung.
Kegiatan ini sekaligus menepis isu yang berbedar menjelang Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak 2024 di Kabupaten Morowali Utara (Morut).
“Pancasila menjadi landasan utama kita dalam politik dan pemerintahan serta kehidupan bermasyarakat,” katanya ketika memberikan pengarahan di depan puluhan Kepala SMP se-Morut yang sedang menggelar Musyawarah Kerja di Pinggiran Danau Poso, Jum’at.(20/9)
Musyawarah Kerja para Kepsek SMP se-Morut itu bertema “Bergerak bersama melanjutkan merdeka belajar menuju Morowali Utara yang cerdas.
Wabup menekankan kepada semua Kepsek yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dalam menjalankan tugas sehari-hari, dan mengajarkannya kepada para siswa masing-masing.
Wabup yang juga Ketua Komda Alkhairat Morut itu memberi contoh dalam menjalankan pemerintahan misalnya, kami Delis-Djira sangat memperhatikan sila-sila dalam Pancasila.
Menurut mantan Kadis Pendidikan Morut itu, mungkin orang berpikir, karena adinda saya Delis sebagai bupati beragama Kristen, maka perhatian kami akan lebih besar dari agama Islam.
“Untuk bapak ibu ketahui, alokasi anggaran setiap tahun untuk bantuan kegiatan dan pembangunan untuk sektor keagamaan Islam lebih besar dari keagamaan Kristen,” ungkap Djira.
Ia memberi contoh, pembangunan Islamic Center sudah dimulai tahun lalu dengan anggaran Rp 10 miliar, dan tahun ini dilanjutkan dengan dana Rp 10 miliar lagi. Sementara untuk Christian Center baru mau dimulai tahun ini,” ujarnya.
Contoh lain, dalam penyaluran insentif tokoh agama, setiap masjid itu terdapat tiga orang, sedangkan gereja dua orang. Anggaran untuk Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi) itu hanya Rp 600 juta, sedangkan anggaran untuk SPG-MTQ mencapai Rp 2 miliar.
“Untuk perjalanan wisata rohani, yang dikirim ke Israel hanya enam orang, sedangkan yang umrah ke Tanah Suci Mekah dan Madinah itu 10 orang lebih. Itu belum termasuk bantuan-bantuan sosial keagamaan lain seperti bidang pemuda, perempuan, anak-anak, panti asuhan, sekolah-sekolah serta pembangunan masjid dan mushalah yang jumlahnya lebih banyak yang Islam dari Kristen,” kata mantan guru tersebut.
“Adinda saya Delis itu selalu berkata kepada saya; kanda, apalagi kebutuhan yang diperlukan untuk kita bantu di sektor pembinaan dan pengembangan agama Islam,” tutur Haji Djira, putra Morut asal Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato tersebut.
Wabup bertanya kepada para hadirin, pernahkan saudara mendengar bahwa Delis melarang adanya kegiatan agama tertentu, melarang pembangunan rumah ibadah agama tertentu dan membatasi dakwah?
“Kami selaku pemimpin di daerah ini memberikan perhatian yang proporsional dalam pembangunan sektor keagamaan. Tidak ada dikotomi dan diskriminasi, kami memperhatikan kepentingan semua agama dalam pemninaan ummat, karena kami menyadari bahwa Morut bisa maju seperti saat ini karena do’a ummat beragama,” ujarnya. (MCDD)
Opini Anda