Kolom

Hubungan Diplomatik Banten dan Inggris di Tahun 1682

𝐎𝐥𝐞𝐡: 𝐀𝐠𝐚𝐦 𝐏𝐚𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐚𝐬 𝐋𝐮𝐛𝐚𝐡

Masih banyak yg belum mengetahui bahwa jauh sebelum Inggris menacapkan benderanya di Hindia Belanda (Indonesia) 1811-18-16 melalui Perjanjian Tuntang 18 September 1811. Dimana saat Inggris di bawah pimpinan Thomas Stamford Raffles berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia lalu membagi pulau Jawa menjadi 16 Karesidenan (Propinsi) termasuk Banten, Kesultana Banten sudah terlebih dahulu membangun hubungan diplomatik dengan Kerajaan Inggris di tahun 1682.

Hubungan diplomatik tersebut ditandai dng diutusnya dua orang duta besar Banten untuk Inggris menghadap yg mulia Raja Charles II dan tinggal di Istana Windsor selama tiga setengah bulan.

Kedua orang  duta besar tersebut adalah, Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Ngabehi Jaya Sedana.

Menurut  Mrs. Fruin Mess yang menulis catatan tersebut di tahun 1923, kunjungan kedua duta besar ini diiringi rombongan berjumlah 31 orang dengan membawa persembahan berupa 200 karung lada, jahe, cengkeh, akar bahar, perhiasan permata dan intan, serta emas berukir burung merak untuk diserahkan kepada Raja Charles II sbg tanda cinta kasih dan persahabatan dari Sultan Banten kepada penguasa Inggris Raya.

Kunjungan ini bukanlah semata2 rekreasi alias jelong2 cuci mata ya gengs, tapi kunjungan ini erat kaitannya dng  persoalan polotik- ekonomi saat itu. Dimana Banten sebagai sebuah kerajaan besar, sejak lama menjadi tempat persinggahan berbagai bangsa. Kerajaan ini memiliki bandar besar, yang menjadi tempat transaksi dagang bertaraf internasional. Inggris dan Belanda bersaing ketat untuk menancapkan pengaruhnya di Banten. Namun sayang, cinta Sultan Abu Nashar Abdul Qohar (Sultan Haji) telah bertaut ke Inggris yg saat itu sudah lebih dulu getol bulak balik Banten untuk membujuk Banten bekerjasama dengannya agar hegemoni Belanda bisa berakhir di Banten dan Batavia. Meski dikemudian hari Inggris mengkhianatinya.

Pelayaran Banten-London saat itu ditempuh melalui perjalanan laut dan memakan waktu selama lima bulan melewati Tanjung Harapan, Afrika Selatan.

Rombongan tersebut bertolak dari Pelabuhan Banten pada 10 November 1681 dengan menumpang kapal dagang East India Company, ‘New London’ dan tiba di Sungai Thames yg membelah London pada 27 April 1682.

Setelah melakukan tugasnya di Inggris, ke dua orang duta besar Banten dan rombongan itu kembali ke Banten, tepatnya pada tanggal 5 Juli 1682. Namun sebelum mereka kembali terlebih dahulu Raja Charles II memberi cendera mata kepada ke dua orang Ngabehi Banten tersebut dng gelar ‘Sir’ dan Pedang Kehormatan.

Untuk Kyai Ngabehi Naya Wipraya diberi gelar ‘Sir Abdul’ dan disematkan kopiah Turky, sedangkan untuk Kyai Ngabehi Jaya Sedana  diberi gelar ‘Sir Achmed’ dng kopiah ciri khas Mekah.

Jangan tanyakan sy kenapa kopiahnya beda ya, karena sy juga belum dapat jawabannya…😃

Dalam perjalanan pulangnya tepatnya pada tanggal 23 Agustus 1682 rombongan Banten ini menumpangi kapal laut ‘Kemphorne’ yang bertolak dari Pelabuhan Chatham, dan tiba di Banten pada 20 Januari 1683…***

Wallahu a’lam bishawab, Semoga Manfaat

*HISTORIA Tangsel*

*Padepokan Roemah Boemi Pamoelang*

09 Mei 2023

Opini Anda

Selengkapnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
error: Content is protected !!