𝗣𝗢𝗦𝗢𝗟𝗜𝗡𝗘.𝗖𝗢𝗠 – Program penanaman jagung melalui program pengembangan jenis komoditas unggulan (Pajeko) telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan petani.
Lahan kelompok tani (Poktan) Pelita Kuse Desa Peleru, Kecamatan Mori Utara, Kabupaten Morowali Utara, yang dijadikan lokasi percontohan penanaman jagung program Pajeko tersebut, kini telah panen dengan hasil hampir dua kali lipat dari hasil panen sebelumnya.
Panen perdana jagung tersebut dilakukan akhir Agustus 2022 lalu dengan disaksikan pejabat dari Dinas Pertanian Morut, penyuluh pertanian dan anggota Poktan setempat.
Agar data lebih akurat, ubinan dilakukan oleh petugas statistik di lahan yang sedang dipanen. Hasilnya mencapai 9.840 kg (9,8 ton) per hektar pipil basah.
Jika angka ini dikonversikan ke jagung kering, hasilnya mencapai sekitar 8 ton per hektar. Ini sangat menggembirakan para petani karena hasil sebelumnya hanya sekitar 4 sampai 5 ton per hektar.
Kalau dikalikan 8.000 kg x Rp 3.800 (harga kesepakatan per kilogram) = Rp 30.400.000. Jika angka ini dikurangi (dipotong) pinjaman KUR sebesar Rp 16 juta per hektar, maka petani masih dapat penghasilan Rp 14.400.000.
“Program ini sangat menguntungkan kami. Hasil panen hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan hasil panen jagung selama ini,” jelas salah seorang anggota Poktan Pelita Kuse, pekan lalu.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Daerah Kabupaten Morowali Utara, Jasrion Ampugo, SP mengakui hasil panen jagung melalui program Pajeko ini cukup signifikan.
Ia bahkan mengkalkulasi, kalau lahan kebun jagung petani menghasilkan 7,5 ton saja per hektar berarti petani dapat hasil Rp 28.500.000.
“Ini hitungan minimal saja. Hasilnya juga tetap bagus untuk petani,” jelas Jasrion saat dikonfirmasi, Selasa (13/9/2022).
Sejak program Pajeko ini diluncurkan di Desa Peleru, Jasrion mendapat tugas khusus dari Bupati Morut Delis Julkarson Hehi untuk memonitor dan mengawal program ini hingga selesai.
Selama beberapa bulan sejak program itu dimulai, Jasrion bersama tenaga PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di Kecamatan Mori Utara melakukan pendampingan teknis langsung di lapangan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Daerah Morut, Abbas Matoori, SP, MM, juga memberi perhatian serius terhadap perkembangan kebun jagung di Peleru yang menjadi “pilot project” penanaman jagung di Kabupaten Morowali Utara.
Program unggulan itu dilaunching akhir April lalu melalui penanaman perdana bibit jagung yang dilakukan oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan Provinsi Sulteng Nelson Metubun dan Bupati Morut Delis Julkarson Hehi.
Program Pajeko ini merupakan langkah strategis Pemda Morut untuk meningkatkan penghasilan petani melalui jenis usaha penanaman jagung.
Ketika meluncurkan program itu, Bupati Delis menjelaskan bahwa Pajeko merupakan program strategis untuk meningkatkan produksi pangan yang berbasis petani dan sepenuhnya dibiayai dengan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Ada lima pihak yang terlibat dalam program Pajeko yakni perbankan (Bank Sulteng dan BNI), off-taker (pengusaha), petani, perusahaan asuransi, dan pemerintah daerah.
Dalam operasionalnya, off-taker membuat perjanjian (MoU) dengan petani yang akan menjadi dasar untuk mengajukan permohonan dana KUR di perbankan yang akan membiayai proses produksi.
Dalam penyaluran KUR, off-taker juga sebagai penjamin legalitas lahan, sehingga para petani tetap bisa mendapatkan KUR meski lahannya tak punya sertifikat.
Selain itu, MoU juga terkait harga beli produksi jagung, sehingga petani terjamin akan mendapatkan harga standar walaupun harga pasar sedang bergejolak.
“Semua proses kerja sama itu dilindungi asuransi, sehingga bila ada kegagalan, maka asuransi yang akan menutupi risiko-risiko yang terjadi,” jelas Bupati Delis.
Sesuai data pada Dinas Pertanian dan Pangan Daerah Morut, pada tahun 2022 ini dicanangkan seluas 200 hektar lahan untuk pengembangan jagung dengan memanfaatkan dana KUR. (Ale)
Foto: Dokumentasi Dinas Pertanian dan Pangan Daerah Kabupaten Morowali Utara
Opini Anda