POSOLINE.COM- Poso River Improvement (Penataan Sungai Poso) termasuk renovasi Yondo Mpamona (Jembatan Pamona) oleh PT. Poso Energy pasca penanda-tangan prasasti 9 Sepetember 2019 lalu di Tentena.
“ Ada tahapan yang harus kita lalui, berkaitan dengan ijin dan MoU yang sudah kita miliki untuk destinasi wisata kompo dongi dan pembangunan Yondo Mpamona. Sebelumnya sudah melalui kajian Kementrian PUPR,” kata Humas PT. Poso Energy Aslori Ilham saat ditemui Kamis, (10/102019).
Diakuinya, sebenarnya Bupati Poso sudah meminta pihak PT. Poso Energy segera dapat melaksanakan pekerjaan penggerukan aliran sungai yang membelah kota Tentena itu.
Sedangkan untuk pembongkaran Yondo Mpamona menurut Aslori, kondisi fisik dari jembatan tersebut sudah tidak memungkinkan dan tidak akan bertahan lama.
Dia juga mengakui ada penolakan pembongkaran jembatan dari beberapa elemen masyarakat Tentena. Namun, pihak perusahaan juga telah bertemu dengan beberapa komunitas warga, lembaga adat, tokoh agama.
“ Secara teknis pembongkaran jembatan akan dilakukan pihak kecamatan sebagaimana kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Poso dan PT. Poso Energy,” jelasnya.
Sedangkan untuk pembongkaran katanya, akan dilakukan pada tanggal 14 Oktober mendatang oleh warga desa yang sudah diatur oleh pihak kecamatan, dari 210 meter ukuran jembatan, tiap desa mengerjakan 15 meter.
Menurutnya, pembongkaran jembatan tersebut, melibatkan warga desa sekitar. Selain itu pihak perusahaan akan memberikan dana pembongkaran sebagai ucapan terimah kasih kepada warga desa yang dilibatkan nanti.
“Perusahaan hanya menyiapkan dana tersebut sebagaimana kesepakatan dengan Pemkab Poso sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat desa,” jelasnya.
Padahal kata Aslori, pihaknya sama sekali tidak akan membongkar jembatan yang ada. Tapi justru pihaknya akan lebih merenovasi jembatan tersebut lebih baik tanpa merubah dari konstruksi dari aslinya yang terbuat dari bahan matrial kayu.
“Kalau melihat jembatan saat ini, kondisinya sudah sangat rawan. Kami justru ingin berkontribusi agar jembatan ini dapat di pugar serta ditata dengan lebih baik dan menjadi tempat wisata yang lebih memadai,” terangnya.
Kendala lain yang di hadapi pihak PT Poso Energi kata Aslori adalah, membludaknya alis bertambah jumlah pagar Sogili (waya masapi), Karamba ikan air tawar, serta para penambang pasir di wilayah aliran sungai yang akan dikeruk.
“Sebenarnya kami telah mendata secara valid dari awal jumlah riil pemilik Pagar Sogili, karamba serta jumlah para penambang pasir. Namun sayang tahu hal akan dieksekusi terkait kompensi alias ganti rugi, tiba tiba jumlah Pagar Sogili, Karamba dan penambang pasir justru bertambah beberapa kali lipat. Termasuk eks penambang pun minta juga di kompensasi” ujar Aslori.
Namun demikian kata Aslori, pihak perusahan beritikat baik dengan tetap akan memberikan kompensasi kepada yang baru memiliki pagar Sogili, karamba dan juga yang sebagai eks penambang pasir. “Namun demikian kita juga tetap memberikan kompensasi, namun saat ini masih terkendala besaran nilai kompensasinya.” Katanya.
“ Dari data awal pagar sogili, ada 80 pagar sogili yang dikategorikan lama dihitung dari Yondo Pamona sampai desa Saojo, namun pada saat kita ingin mengeksekusi ada 145 ketambahan pagar sogili, jika totalkan 225,” katanya mencontohkan. Itu baru pagar sogili belum lagi ketambahan jumlah karamba sangat melonjak dari data awal.
Terkait adanya upaya menghilangkan budaya kearifan lokal terkait keberadaan pagar Sogili, Aslori menyatakan hal tersebut tidak benar. Justru yang ada, kedepan pagar sogili itu akan tetap dipertahankan, cuma penataanya akan lebih di tata secara rapi dan indah. Simson Towengke
Opini Anda