𝗣𝗢𝗦𝗢𝗟𝗜𝗡𝗘.𝗖𝗢𝗠- Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulteng Triyono Raharjo mengatakan, pemulihan ekonomi di Sulawesi Tengah (Sulteng) membaik dan semakin menguat.
Hal tersebut disampaikan saat menggelar kegiatan media update bersama sejumlah wartawan di Palu, Selasa (09/08-22).
Menguatnya pemulihan tersebut ditandai dan membaiknya pertumbuhan ekonomi di Sulteng pada triwulan ke II tahun 2022 yang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
“Pada triwulan II tahun ini, pertumbuhan ekonomi Sulteng mencapai 11,7 persen. Angka ini jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,40 persen,” jelas Triyono.
Menurut Triyono, pertumbuhan ini didorong membaiknya sektor industri yang saat ini menjadi pilar ekonomi di Sulteng.
Sektor industri yang menjadi faktor utama meningkatnya ekonomi di Sulteng yaitu transportasi dan pergudangan sebesar 33,32 persen, industri pengelolaan 19,99 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 16,89 persen.
“Sektor pertambangan menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di Sulteng, khususnya di wilayah timur,” sebut Triono. Sementara dari sektor Industri Jasa Keuangan (IJK) di Sulteng juga mengalami pertumbuhan yang positif.
Hal ini tercermin dari peningkatan indikator-indikator keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan juga Industri Keuangan Non Bank (IKNB).
Pada periode Juni 2022 secara year on year (yoy), asset perbankan tumbuh sebesar 16,43 persen, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 14,69 persen, sedangkan kredit tumbuh sebesar 15,65 persen dengan NPL yang tetap terjaga di kisaran angka 2,23 persen.
Penyaluran kredit produktif juga berada di atas kredit konsumtif. Untuk penyaluran kredit, lima sektor terbesar penyaluran kredit di Sulawesi Tengah adalah Kepemilikan Peralatan Rumah Tangga (Rp17,33T), Perdagangan Besar dan Eceran (Rp8,23T), Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan (Rp3,54T), Industri Pengolahan (Rp2,45T), dan Pertambangan dan Penggalian (Rp2,3T).
Di sektor Pasar Modal, posisi Juni 2022 secara yoy OJK mencatat peningkatan jumlah investor yang stabil dari tahun ke tahun, berdasarkan data Single Investor Identification (SID) sebanyak 58.953 rekening sebaran investasi masyarakat masih didominasi produk reksa dana sebesar 70,08 persen dan disusul dengan saham 26,45 persen dan SBN sebesar 3,47 persen.
Penurunan transaksi saham yang terjadi pada tahun 2021 juga telah meningkat secara signifikan dimana tercatat pada periode triwulan II transaksi saham tercatat sebesar Rp.900,99 miliar.
Di sektor Industri Keuangan Non-Bank, piutang Perusahaan Pembiayaan tumbuh 25 persen secara yoy, dengan jumlah fasilitas pembiayaan meningkat 33 persen dengan diiringi perbaikan kualitas pembiayaan yang tercermin dengan menurunnya NPF sebesar 0,93 persen menjadi sebesar 2,06 persen. Kinerja dana pensiun juga tercatat meningkat dari sisi asset sebesar 8 persen dan pada investasi sebesar 8 persen.
Penurunan transaksi saham yang terjadi pada tahun 2021 juga telah meningkat secara signifikan dimana tercatat pada periode triwulan II transaksi saham tercatat sebesar Rp.900,99 miliar.
Di sektor Industri Keuangan Non-Bank, piutang Perusahaan Pembiayaan tumbuh 25 persen secara yoy, dengan jumlah fasilitas pembiayaan meningkat 33 persen dengan diiringi perbaikan kualitas pembiayaan yang tercermin dengan menurunnya NPF sebesar 0,93 persen menjadi sebesar 2,06 persen. Kinerja dana pensiun juga tercatat meningkat dari sisi asset sebesar 8 persen dan pada investasi sebesar 8 persen.**
Opini Anda