Ket foto: Rumah Zaman Kolonial di Sawah Lunto, Sumatera BaratΒ
π£π’π¦π’πππ‘π.ππ’π - Ada banyak bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda di Indonesia. Meski usianya sudah berabad-abad, tetapi bangunannya masih tetap kokoh berdiri. Bahkan hingga kini, banyak bangunan peninggalan Belanda yang masih berfungsi dengan layak.
Lima faktor penyebab bangunan-bangunan pada era kolonial masih kokoh dan mampu bertahan hingga saat ini antara lain disebabkan oleh:
1. Desain bangunan yang disesuaikan dengan kondisi wilayah atau lahan.
Bangunan peninggalan zaman Belanda tidak asal dibangun. Sebelum membuat sketsa desain, seorang arsitek Belanda tempo dulu sangat memperhatikan kondisi wilayah di lokasi bangunan yang akan dibangun. Survey ke lokasi sangatlah penting. Pasalnya, setiap wilayah memiliki kondisi lahan berbeda – beda, dari kondisi tanah (seperti daya dukung tanah, kontur lahan) hingga kondisi lingkungan (misalnya kondisi jalanan setempat ramai atau tidak, kondisi di sekitar lahan ada bangunan atau tidak dan sebagainya).
2. Ketelitian dalam membangun adalah mutlak
Bangunan yang kokoh tidak lepas dari ketelitian para pekerja yang membangunnya. Setiap bagian bangunan dibangun sesuai rancangan bangunan yang sudah dihitung secara detail. Pondasi bangunan dipastikan presisi, artinya tidak ada yang melenceng sehingga bangunan bisa kuat terpancang dalam jangka waktu yang lama.
3. Menggunakan semen racikan khusus
Bangunan Belanda dibuat dengan semen racikan khusus. Berbeda dengan bahan yang biasa digunakan di zaman sekarang, semen ini terbuat dari racikan semen merah dan batu gamping. Tidak hanya itu, batu-bata merah juga dihancurkan menjadi serbuk yang dicampur adonan semen, beberapa adonan semen ada juga yang dicampur dengan sari tetes tebu.
Campuran inilah yang kemudian digunakan sebagai perekat bahan bangunan sehingga bangunan menjadi kokoh.
Bahkan konon pasir yang dipakai harus bersih dari kandungan tanah. Makanya mandor zaman kolonial sering menggunakan baju atau celana putih untuk mengecek pasir yang dicuci sudah bersih dari tanah atau tidak, dengan cara mengoleskan pasir ke kain celana atau baju. Jika pasir sudah bersih di pastikan tak akan menciptakan noda pada kain celana atau baju.
Sampai dengan sekitar tahun tujuh puluhan adukan untuk pasangan bata atau pondasi batu kali adalah 1 kapur : 3 pasir, untuk plesteran ditambah 1 semen merah, bata merah yang dihancurkan.
Untuk beton bertulang yang kedap air perbandingannya 1Pc : 2ps : 3 ke (1 Portlan Semen : 2 pasir beton : 3 kerikil).
Untuk di Bandung dan sekitarnya, pasir beton dan kerikil yang paling bagus berasal dari sungai atau anak sungai Citarum Bale Kambang Majalaya yang kerikilnya harus dicuci terlebih dahulu.
Tahun delapan puluhan mulai banyak yang menggunakan pasir vulcanik (galungkung) kualitas beton.
Semen racikan tersebut digunakan dalam berbagai jenis bangunan, seperti stasiun kereta, rumah sakit, jembatan, gedung perkantoran, dan fasilitas militer.
Tidak heran bila banyak bangunan era kolonial tetap kokoh berdiri hingga kini. Ada yang telah menjadi bangunan cagar budaya dan ada pula yang masih difungsikan sampai sekarang.
4. Menggunakan material berkualitas
Arsitek Belanda sangat memperhatikan kualitas batu yang digunakan. Mereka tidak segan membersihkan batu yang terlihat kotor dengan cara membasuhnya. Sebab serpihan kotoran di bagian permukaan akan membuat batu tidak bisa merekat kuat dan kurang presisi. Dengan memastikan batu dalam kondisi baik, kekokohan bangunan juga akan lebih terjamin.
Rumah peninggalan zaman Belanda rata rata memang kokoh bahkan tidak segan – segan para mandor akan menguji kekokohan tembok dengan memukulnya menggunakan palu.
Pondasi bangunan juga dibuat cukup dalam sekitar 2 meter ke bawah dan bangunannya dibangun 1,5 meter di atas permukaan tanah sehingga lantai dan dinding rumah tidak mudah lembab.
Kualitas kayu yang digunakan mulai dari bubungan, kuda kuda, kusen bahkan pintu dan jendelanya dipilih dari jenis kayu jati yang sudah tua sehingga tidak mudah lapuk dan tetap awet hingga sekarang.
5. Menerapkan kedisiplinan dan kejujuran sebagai etos kerja
Kekokohan bangunan tidak lepas dari kedisiplinan dan kejujuran para pekerja yang membangunnya. Percuma bila rancangan bangunan dibuat dengan kalkulasi rinci dan teliti jika dalam proses pembangunan ada takaran yang dikurangi. Contohnya takaran adonan semen yang tidak sesuai dengan penghitungan awal.
Pihak Belanda memastikan semua pekerja yang terlibat dalam pembangunan gedung, memiliki kedisiplinan dan kejujuran sebagai etos kerja. Mereka juga tidak main-main dengan anggaran dana. Dengan etos kerja yang baik, anggaran dana cukup, dan rancangan yang rinci dan teliti, bangunan kokoh pun dapat terwujud.
Prose pembangunan sebuah bangunan di era kolonial memang lebih lama dan rumit dibandingkan dengan proses pembangunan sebuah bangunan di era sekarang. Hal ini berdampak pada kualitas bangunan pada era kolonial yang menjadi lebih kokoh dan mampu bertahan hingga berabad – abad lamanya.
Itulah rahasia di balik kokohnya bangunan peninggalan kolonial Belanda yang masih bisa dinikmati keindahannya hingga saat ini.**
Sumber:
Andre post facebook (Zaman Hindia Belanda)
http://jagobangunan.com/article/read/rahasia-kukuhnya-bangunan-peninggalan-zaman-belanda
Opini Anda